Resensi Buku kumpulan Cerpen negri kabut



 1.Identitas Buku

Judul Buku      : Negeri Kabut

Jenis Buku       : Kumpulan Cerpen

Penulis             : Seno Gumira Ajidarma

Penerbit           : Grasindo

Tahun Terbit    : Oktober, 2016

Tebal               : 160 halaman

2. Resensi cerpen

Negeri Kabut menunjukkan pola-tingkah serta pengelanaan para tokoh dari suatu tempat ke tempat lain, dari satu persinggahan ke persinggahan lain, juga dari satu perasaan ke perasaan lain. Setiap karakter membawa misi sekaligus tidak membawa misi tertentu. Ia mengalir layaknya kehidupan nyata yang kita alami. Ia tidak menunjukkan cara penyelesaian suatu masalah. Cerpen-cerpen ini lebih memperlihatkan betapa pilihan selalu datang, tinggal bagaimana cara kita menyikapinya. Barangkali, pengembaraan bisa dijadikan alternatif ketika rutinitas hidup sudah terasa monoton dan menjemukan. Namun pada akhirnya, segala keputusan tetap ada di tangan masing-masing—tentu dengan segala resiko yang menyertainya.

Mengutip dari sinopsis, “Buku Negeri Kabut ini berisi tiga belas cerpen tentang perjuangan manusia dalam mencapai keinginannya. Terkadang, untuk mencapai semua itu, tanpa disadari sang tokoh harus bertindak di luar kemampuannya. Ada pula keinginan yang di luar kendalinya: sang tokoh terjebak dalam suatu konflik yang tak mungkin dapat dihindari lagi. Segala sesuatu terjadi begitu saja. Tanpa siasat, tanpa rencana.”

Negeri kabut berkisah tentang seorang laki-laki yang selama hidupnya terus berpetualang. Dalam Perjalanannya menuju Negeri Kabut, ia banyak bertemu dengan pengembara lainnya. Para pengembara itu menyampaikan berita-berita dari tempat mereka yang jauh; peperangan, wabah penyakit, pembunuhan, dan kisah sedih lainnya. Para pengembara selalu mengatakan kepada lelaki itu bahwa setiap orang harus peduli dengan keadaan dunia yang dihidupinya. Mereka bilang, orang yang mencari ilmu harus kembali pulang untuk menyelamatkan bangsanya. Lelaki itu terdiam. Ia merenung, bertanya-tanya apakah pengembaraannya selama ini untuk mencari ilmu? Lelaki itu ragu. Mungkin yang sebenarnya ia hanya melarikan diri dari segala persoalan, dari kenyataan, karena ia sebenarnya tak cukup tabah untuk menghadapi penderitaan.

Dalam cerita selanjutnya yang tak kalah seru untuk dibaca yaitu cerita yang berjudul Rembulan Terapung di Kolam Renang. Dalam cerita ini menceritakan seorang yang bisa dikatakan senbagai seorang konglomerat sukses yang meniti perjalanan karirnya dari nol. Namun dalam cerita ini menunjukan kesedihan yang mendalam dialami oleh orang itu karena rembulan yang sedang terapung di kolam renangnya yang membuatnya berpikir bahwa dia adalah kerakusan itu sendiri. Setiap orang berusaha menjadi yang terhebat dan selalu memenuhi keinginannya yang tak pernah puas, bahkan hingga ingin memiliki rembulan. Singkat cerita rumah konglomerat itu telah didatangi banyak orang dari segala penjuru dan ternyata mereka masuk ke rumah itu untuk menjarah semua yang ada,  pot antik, marmer, dan semua benda yang dapat dibawa akan dibawa mereka, bahkan mereka yang tersadar akan adanya rembulan di kolam renang mereka langsung terjun dan mencoba mengambil rembulan itu dengan segala cara. Begitulah sifat sejati manusia yang tidak merasakan puas akan segala hal yang mereka inginkan.

Buku Negeri Kabut ini berisi tiga belas cerpen tentang perjuangan manusia dalam mencapai keinginannya. Terkadang, untuk mencapai semua itu, tanpa disadari sang tokoh harus bertindak di luar kemampuannya. Ada pula keinginan yang di luar kendalinya: sang tokoh terjebak dalam suatu konflik yang tak mungkin dapat dihindari lagi. Segala sesuatu terjadi begitu saja. Tanpa siasat, tanpa rencana.

Ada banyak tipe orang dalam menjalani kehidupan yang penuh kerupekan dan kegaduhan ini. Sebagian orang memilih diam dan melakukan rutinitas yang monoton dalam mengisi harinya, sedangkan sebagian lainnya memilih mengembara, melawan dan melakukan banyak perjalanan dari waktu ke waktu—dan seolah dalam hidupnya ia hanya ditakdirkan untuk berjalan, berjalan dan berjalan. Tidak kenal kata pulang. Barangkali begitulah yang ingin Seno Gumira Ajidarma sampaikan pada cerpen pembukanya berjudul, Negeri Kabut yang juga dijadikan judul utama buku kumpulan cerpennya ini.

Mengambil latar belakang di negara Thailand, cerita bergerak oleh narasi dari sang tokoh yang melakukan pengembaraan. Ia singgah di sebuah bukit perbatasan antara Negeri Thai dan Negeri Kabut. Negeri yang tidak terdapat dalam peta. (Hal. 02).

Sebelum sampai ke sana, ia sempat menumpang bermalam di sebuah kuil. Ketika ia terbangun, ada seorang Biksu yang meminjamkan sebuah tas punggung tenunan rami padanya. Ia berbicara soal Negeri Kabut. Namun ia melanjutkan, “kelak aku akan memintanya kembali.” (Hal. 03). Tentu saja terkesan janggal, sebab si tokoh sendiri ragu kalau ia akan melintasi lagi kuil tersebut. Hal-hal yang menjadi teka-teki akan terjawab setelah ia sampai ke daerah dan bertemu penduduk Negeri Kabut.

Pada cerpen kedua, Seno kembali menampakkan keliaran imajinasinya. Ia berpijak pada fakta-fakta soal kehidupan sosial negaranya pada tahun tersebut. Di cerpen, Seorang Wanita dengan Rajah Kupu-Kupu di Dadanya ia sempat menyentil soal konflik sosial antara penguasa dan masyarakat. Semisal Gali, para preman bertato yang ditembak mati dan hilang misterius, juga perkara pelacur dan prostitusi yang menjamur.

Berbeda di cerpen sebelumnya, pada cerpen, Ada Kupu-Kupu, Ada Tamu Seno bermain-main dengan firasat dan kepercayaan orang-orang akan mitos yang berkembang di lingkungan masyarakatnya tinggal. Namun tentu tidak begitu saja ceritanya terjawab seperti tertulis di judulnya. Tamu yang dimaksud adalah Malaikat Maut. Ia bermain-main dengan simbol kematian. Kupu-kupu semakin tidak terbendung dan datang bergerombol memasuki ruang tamunya, “Berjuta-juta kupu-kupu memenuhi pandanganku. Kurasakan pegangan istriku terlepas.


Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus Sekali Hasil Resensi Cerpennya,Sangat menarik untuk di baca😊

      Hapus
  2. Keren banget 👍
    Tingkatkan kemampuan mu dalam menulis, semangat Yaa🤗

    BalasHapus
  3. Semngat selalu menulis cerpennya enu🙏
    Salam sehat🤗

    BalasHapus
  4. Waahh, sangat bagus
    Terus semangat dalam menulis👌

    BalasHapus
  5. Mantap.👍
    Ditunggu resensi cerpen selanjutnya.

    BalasHapus
  6. Mntap epak tetap smngat yo😁💪

    BalasHapus
  7. Ditunggu riview selanjutnya 🤗

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Cerpen "Lelaki Dari Malaysia" Dalam Buku Kumpulan Cerpen Perjalanan Mencari Ayam Karya Armin Bell

Review Buku kumpulan cerpen "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya Di Bibirku Dengan Bibirmu?" karya Hamsad Rangkuti