Review Buku kumpulan cerpen "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya Di Bibirku Dengan Bibirmu?" karya Hamsad Rangkuti


Riview Buku Kumpulan Cerpen "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya Di Bibirku Dengan Bibirmu?" 

1. Identitas Buku 
- penulis : Hamsad Ramgkuti
- Jumlah Halaman : 236 halaman
- penerbit : Diva Press

2. Resensi Buku

Jika diperhatikan betul, kumpulan cerpen dalam “Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu?” disajikan semacam garis hidup seseorang; menuju tua lalu mati. Mungkin pada cerpen-cerpen awal, pembaca tak akan merasakannya. Namun, dalam beberapa cerpen terakhir terasa tema-tema mengenai kenangan, usia senja dan kematian. “Kunang-kunang”, misalnya, menceritakan kerinduan seorang lelaki kepada kunang-kunang yang ada pada masa kecilnya. Kemudian “Antena” yang menceritakan tentang marbot masjid yang mendapat mukjizat untuk menunaikan haji. Lalu, di akhiri dengan “Saya Sedang Tidak Menunggu Tuan!” yang menceritakan seorang yang sakit dan hampir saja meninggal dunia.
Sebuah buku kumpulan cerpen yang cukup menarik dan mampu mengunci perhatian seketika melihat judul buku ini: “Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu?”. Dikarang oleh maestro cerpen yang berasal dari Medan, Sumatera Utara, yaitu Hamsad Rangkuti. Buku ini diterbitkan pada tahun 2016 oleh Diva Press dengan tebal 236 halaman. Sajian-sajian cerpen karya Hamsad Rangkuti yang pernah masuk dalam cetakan koran, pemenang kompetisi, dan penghargaan nasional dimuat pada buku ini.
Kelebihan buku ini untuk para pembacanya adalah mampu memantik rasa ingin menulis cerpen, dimulai dari pengantar pertama yang menjabarkan tentang imajinasi liar seorang Hamsad Rangkuti, juga pelamun yang parah. Dari sini, saya terutama, benar-benar dikenalkan tentang kenikmatan berimajinasi, barang tentu imajinasi tadi dituangkan pada sebuah tulisan seperti yang dilakukan oleh pengarang satu ini. Pada cerpen-cerpen juga menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami.
Buku kumpulan cerpen karya Hamsad Rangkuti ini pada tiap ceritanya syarat akan nilai-nilai khusus yang penuh makna. Salah satu cerpen yang bisa diambil contoh nilainya adalah cerpen dengan judul "Pispot". Sekelumit interpretasi saya tentang cerpen itu sangat penuh kejutan, kemampuan Hamsad Rangkuti mengaduk-aduk perasaan pembacanya ini yang digunakan sebagai celah untuk memasukkan nilai yang ingin dijelaskannya. Bagaimana tidak, diceritakan pencuri kalung yang diminta berhajat di pispot itu telah menelan kembali kalungnya kurang lebih tiga kali, demi istri dan anaknya di rumah. Benar saja mencuri tidak di benarkan, tapi bukan itu yang ingin disampaikan oleh pengarang menurut saya. Pengarang mengingatkan kembali tentang apa itu kemiskinan, pengorbanan, dan dedikasi seorang ayah.
kumpulan cerpen Hamsad Rangkuti berjudul Bibir dalam Pispot yang berisi 16 cerpen Hamsad yang pernah dimuat di berbagai media sejak 1981 hingga 2003. Cerpen yang fenomenal sekaligus kontroversial ini bercerita tentang seorang laki-laki- laki-laki yang sedang menahan seorang perempuan yang ingin bunuh diri dengan terjun ke laut dari geladak kapal.

Perempuan itu melepas barang-barang apapun yang melekat ditubuhnya. Mulai dari sepatu, cincin hingga seluruh pakaiannya. Semua hal tersebut ia lakukan karena semua barang yang ia lepaskan dari tubuh tersebut adalah memberikan sang kekasih yang kini meninggalkannya dengan cara menyakitkan. Si lelaki yang juga wartawan ini tidak menyia-nyiakan objek foto menarik yang ada didepannya. Namun sisi humanis sebagai seorang manusia akhirnya mendorongnya untuk berusaha mencegah perempuan itu untuk bunuh diri dari terus menjepret kamera.
Keinginan perempuan tersebut adalah ia ingin mati dengan menerjunkan diri ke laut, agar benar-benar tidak ada lagi bekas peninggalan kekasihnya yang ada pada dirinya sendiri. Namun hal itu ternyata tidak terjadi. Hamsad dengan cerdas menceritakannya sebagai berikut:
Wanita yang telanjang itu mengangkat sebelah kakinya ke luar pagar dermaga. Kamera kubidikkan. Pemandangan yang fantastis! Tiba-tiba dia berpaling ke arahku. Aku memandangnya. Lama. Kemudian, “Maukah kau menghapus bekas di bibirku dengan bibirmu?” katanya.
permintaan tak terduga dari perempuan tersebut membuat si lelaki galau.
permintaan itu sangat mengagetkan dan tidak masuk akal. Kupandang wajahnya lebih cermat. Pemula bibir yang dipakainya berwarna tembaga dengan sentuhan warna emas, menyiratkan gaya aksi untuk kecantikan bibir.
Sekali lagi perempuan itu mengajukan permintaan aneh tersebut.

Maukah kau menghilangkan bekas luka di bibirku dengan bibirmu? Katanya sebelum dia melemparkan dirinya ke laut. “Tolonglah. Aku tidak ingin membawa bekas di bibirku ke dasar laut. Tolonglah hapus.”

Akhirnya si lelaki tak lagi pikir panjang, apalagi setelah didukung oleh orang-orang lain di kapal.

Saya mendekati wanita yang telanjang itu. Orang-orang di pintu lantai geladak berlari ke arah kami. Mereka menutup kami dengan selimut. Di dalam selimut kucari daun telinga wanita itu.

“Masih adakah bekas yang lain darinya di bagian tubuhmu yang harus kuhapus dengan bagian yang disengaja?” bisikku.

Memperhatikan ungkapan-ungkapan Hamsad dalam potongan-potongan cerpen diatas, tentu terlihat representasi seksualitas yang cukup kuat. Apalagi Hamsad dengan gamblang menggambarkan ketelanjangan perempuan tersebut. Ada beberapa hal yang s8etidaknya bisa menjadi dasar analisis cerpen ini dalam kerangka multikulturalisme. Dalam konteks gender, cerpen ini sangat kuat mengangkat isu ketidakadilan gender yang terbungkus dalam ketidakberdayaan perempuan dan eksploitasi tubuh perempuan. 

3. Sinopsis cerpen pispot

Ada orang mencuri kalung emas  dari seorang wanita , si pencuri itu memakan kalung emas itu, lalu si pencuri tidak mau mengakui nya di  bawalah  si  pencuri  ke  polisi  lalu  d  tanya  dan  di  introgasi , si  pencuri  d  suruh  meminum  air  dari  garam inggris yg  bisa  membuat  si  pencuri  BAB  terus  hingga  bisa  mengeluarkan kalung  emas di  dalam  pispot  tapi  setelah  keluar  BAB  si  pencuri  itu  memakan  lagi  kalung  yg  sudah  d  keluarkan  hingga 6 kalinya  si  pencuri tidak  mengakui nya , lalu  suami  dari  seorang  wanita  pun  ke  kantor  polisi  dengan  penuh  rasa  kasian lalu dengan  merasa  bersalah  suami  dari  sang istri  di  cabut  lah  gugatan  dari  istrinya  tersebut , lalu  suami  istri  tersebut  merasa bersalah dan mengantarkan si pencuri ke gang depan rmh nya , tidak lama kemudian si pencuri mengakui perbuatan nya ke pada suami  istri tersebut dia meminta maaf kepada ke 2 orang itu , dia melakukan nya demi keluarga dan anak nya pun butuh biaya  pengobatan ke rmh sakait.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Cerpen "Lelaki Dari Malaysia" Dalam Buku Kumpulan Cerpen Perjalanan Mencari Ayam Karya Armin Bell

Resensi Buku kumpulan Cerpen negri kabut